Kamis, 12 April 2012

PGPS (Read: Pinter Goblog Penghasilan Sama)

Akronim PGPS telah mengalami pergesaran dari makna literal. Kini, PGPS menjadi sebuah celetukan yang mengandung unsur sarkasme bagi sebagian guru. PGPS yang mengacu pada Peraturan Gaji Pegawai Sipil berubah menjadi sindiran kasar bagi guru yang tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni di bidangnya. Pinter Goblog Penghasilan Sama. Sungguh ironis memang. Namun, seiring dengan perkembangan kesejahteran guru yang ditawarkan pemerintah, banyak orang melirik untuk bidang pekerjaan ini. Hal ini bukan karena passion mereka untuk menjadi seorang pendidik yang baik, tetapi lebih mengarah pada perspektif gaji yang menggiurkan. Semua itu erat kaitannya dengan sertifikasi guru yang menjadi mahadewanya para guru. Pinter Goblog Penghasilan Sama.

Tidak sulit untuk membuktikan kebenaran akronim PGPS sarkasme ini. Lihat saja betapa bobrog-nya sistem pengajaran guru PGPS ini. Para guru mengajar dengan asal-asalan dan cenderung semaunya sendiri tanpa memperhatikan kaidah ataupun moral yang ingin dicapai pemerintah. Bukanlah hal aneh lagi bila guru-guru PGPS level tingkat pendidikan dasar, menulis di papan tulis sama ruwetnya dengan tulisan dokter untuk resep pasien. Ntah hal ini karena para guru tersebut tidak bisa menulis rapi atau karena memang tidak terlalu bersemangat mengajar. Hal ini bertolak belakang dengan masa anak-anak di tahun 1990an dimana para guru memberikan contoh menulis huruf gedrig maupun latin dengan begitu telaten. Sebuah keterampilan mendasar yang sangat diperlukan bagi siswa sekolah dasar. 

Pinter Goblog Penghasilan Sama sangat terlihat dari kemampuan tiap individu untuk memaparkan dan mengelaborasikan kurikulum KTSP 2006 menjadi silabus dan RPP. Sebuah pertanyaan menguak tentang seberapa tahu mereka tentang konsep dasar dari kurikulum ini. Guru Kreatif. Para guru PGPS dijejalkan berbagai macam informasi tentang pengembangan silabus, RPP dan bahkan bahan ajar melalui berbagai macam pelatihan guru mulai dari tingkat regional hingga nasional. Seperti menyaksikan anggota DPR yang sedang rapat paripurna, para guru PGPS ini pun memilih tempat duduk yang lebih strategis. Para guru lebih memilih tidur di pojokan belakang ruang ketimbang mendengarkan penjelasan yang mereka anggap bertele-tele mengenai isu hangat dalam dunia pendidikan. Kalau diperkenankan meminjam istilah medis, guru PGPS ini melakukan berbagai kasus malpraktek. Bedanya, dalam dunia medis hal ini mengakibatkan kecacatan fisik pasien tersebut dan dalam dunia pendidikan hal ini menyebabkan kecacatan intelektualitas bagi generasi penerus bangsa. 

Asumsi saya sederhana, dimana para guru PGPS ini mau mengubah cara pandang mereka sendiri. Meskipun cenderung sulit dilakukan, mereka harusnya menumbuhkan mentalitas malu pada diri sendiri sehingga mereka mau berusaha dan terus gigih memperbaiki diri. Seperti teori klasik behaviourisme, dimana stimulus yang baik akan menghasilkan respon yang baik, guru selayaknya menstimuli anak didiknya dengan suguhan pembelajaran yang berkualitas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik. Happy Teaching.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar